- Back to Home »
- Mengetahui Bakat Anda
Posted by : KiayBlogger
Wednesday, April 29, 2015
Baik
kali ini Garw desain belum membahas tentang desain, tapi ini ada kaitanya
tentang desain juga, apalagi buat kamu shobat desain yang baru mau melangkah,
untuk lebih memfokuskan apa yang menjadi tujuan mu , lebih baik baca post garw
desain berikut ini ia...
PENGETAHUAN untuk
mengenali bakat diri sangatlah penting karena akan mempengaruhi keberhasilan
masa, bagai mana mengelola, mengetahui dan mengembangkan potensi bakat yang
ada, yang kita tahu setiap individu dilahirkan adalah UNIK? Berikut kompilasi
tulisan yang di post kan habis dari Kompas
untuk pengetahuan kita semua.
Dari Mana Bakat Anda? (Bagian I) shutterstock Meskipun terdapat aspek bakat yang dibawa sejak lahir, kita juga punya kekuatan lain untuk membentuk bakat apapun yang kita inginkan. Hanya saja, hal itu harus dilakukan sejak balita hingga usia belasan tahun JAKARTA, KOMPAS.com — Apakah bakat Anda muncul sejak lahir atau sengaja Anda ciptakan lewat latihan-latihan tertentu? Membincangkan asal-muasal bakat memang menarik dan seolah tak berujung. Saat lahir, kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang kelahiran, neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain. Mereka bahkan membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Lalu, saat jalinan terbentuk, sebuah sinapsis pun otomatis terbentuk. Di usia tiga tahun, setiap 100 miliar neuron kita itu telah menciptakan jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang menjadi awal mula munculnya bakat. Tandanya, anak terlihat aktif luar biasa. Ya, tanda tersebut kerap mudah kita cermati pada dua periode usia kita, yaitu ketika kita menginjak usia balita dan saat kita berusia belasan atau duduk di kelas 1 atau 2 SMA. Di masing-masing periode itu, kita (anak) dikenal begitu aktif, bahkan saking aktifnya, tak sadar kita seringkali disebut “nakal” tak keruan. Tentu saja. Karena memang, banyak hal ingin kita ketahui, mencoba, dan lakukan. Kita pasti marah atau memberontak ketika kemauan kita tersebut dihalangi.
Nah, benarkah itu bakat? Rasanya, terlalu cepat kita mengambil kesimpulan bahwa itu merupakan bakat. Mungkin, lebih tepat, hal itu akan menjadi bakat kita atau tidak, karena akan sangat tergantung pada minat kita kelak. Hal itu membuktikan bahwa setiap jalinan sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak henti melakukan apa pun yang kita mau terkait minat kita. Yang terjadi, kita akan kebingungan memilih ini atau itu, mencoba melakukan ini atau itu, dan kita tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu. Untuk itulah, di usia 16 tahun, hukum alam memutus separuh dari jejaring sinapsis tersebut. Dan tidak ada manusia bisa membentuknya kembali utuh seperti semula. Namun, sejak terputusnya jaringan sinapsis itu, bakat kita malah justru benar-benar mulai terasah. Karena hal itu memberi kita ruang lebih luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu. Latihan tak selalu sempurna “Ya, latihan menjadikannya (bakat) sempurna. Saat hal itu datang sebagai bagian dari hidup Anda, Anda harus mencintainya. Jika tidak, Anda tidak akan dapat bekerja dengan baik dan meraih yang terbaik”. Demikian hal itu dikatakan oleh Dr Anders Ericsson dalam buku Cambridge Handbook of Expertise and Expert Performance.
Di situ Anders memandang orang-orang berpengalaman, baik itu seorang pebalet, pemain basket, atau pembuat program komputer, hampir selalu “dibuat” atau “dilatih”, dan bukan dilahirkan. Pendapat Anders tersebut diamini oleh hasil penelitian Marcus Buckingham dan Donald O Clifton’s. Penelitian berdasarkan riset selama 25 tahun dan berbiaya sangat besar itu dilakukan terhadap dua juta pemilik karier dari 101 perusahaan di 63 negara. Hasilnya, meskipun terdapat aspek bakat yang dibawa sejak lahir, ternyata kita punya kekuatan lain untuk membentuk bakat apa pun yang kita inginkan. Hanya saja, hasil penelitian itu masih memberikan catatan penting. Bahwa semua hal itu harus dilakukan sejak balita hingga usia belasan tahun. Ya, karena seperti kita ketahui, sampai di situlah batas otak kita dalam membuat jalinan sinapsis antarneuron. Kiranya, lebih dari 20 tahun sudah, Anda harus menemukan dan menggali bakat Anda. Kini, mustahil Anda bisa menyuruh neuron di otak Anda untuk membentuk sinapsis baru. Hanya satu yang bisa Anda lakukan adalah Anda membentuk jalinan sinapsis di sekeliling sinapsis utama yang sudah terbentuk sebelumnya sejak Anda lahir.
Tidak, hal itu tidak akan membuat diri Anda merasa terbatas! Anda hanya diminta untuk melatih segala hal yang Anda sukai. Jika Anda suka, itu pertanda bakat Anda dan menjadi investasi bagi diri Anda sendiri di masa depan. Dan jangan khawatir, Anda bisa membaca tanda-tanda bahwa bakat Anda telah hadir dalam diri Anda, yaitu: – Nyamankah Anda saat menjalaninya? Hingga dalam sanubari Anda pun terngiang, “Rasanya ini cocok sekali buat saya.” – Anda yakin, di hati selalu muncul rasa rindu bisa melakukannya? Bahkan sebelum menjalaninya, senantiasa timbul rasa rindu yang tinggi hingga lekas-lekas ingin melakukannya. – Seberapa besar rasa penasaran Anda? Seberapa kuat keinginan Anda untuk belajar mendalami hal ini? Seberapa fokus dan mudah berkonsentrasinya Anda terhadap hal ini? – Puaskah Anda usai menjalaninya? Bukan puas pada hasil, tetapi batin, apakah Anda memang terpuaskan? Kiranya, perlu Anda cermati dan buktikan bahwa beberapa hal di atas memang tanda-tanda hadirnya bakat Anda. Tetapi sebaliknya, tidak perlu kecewa apalagi sedih jika tidak melihat tanda-tanda itu hadir di diri Anda. Ya, sekuat apa pun Anda melatih dan menciptakan agar tanda-tanda itu hadir pada diri Anda, dalam perjalanan waktu hal itu malah akan membuat Anda tidak merasa nikmat melakoninya. Nyatalah bahwa latihan tidak berlaku dan mampu tampak sempurna pada segala bidang. Lalu, apa yang kini harus Anda lakukan? Tidak ada, kecuali Anda hanya harus menjadi diri Anda sendiri. Ingat, Anda tidak bisa menjadi apa yang Anda inginkan, tetapi Anda bisa menjadi diri yang melebihi siapa diri Anda saat ini! (Berbagai sumber)
Dari Mana Bakat Anda? (Bagian II – Habis) Ditanya akan
memilih jurusan apa saat kuliah nanti, Santi mengaku bingung menentukan pilihan,
apalagi ketika pilihan tersebut dikaitkan dengan bakat dan minatnya. “Jangankan
memilih sesuai minat dan bakat, saya sendiri pun belum tahu minat dan bakat
saya,” katanya. Santi (18), sebutlah namanya begitu, mengaku dirinya memang
bukan siswa pandai di kelas. Namun, ia juga bukan nomor buncit dalam urusan
nilai pelajaran. Hanya, dia merasa tidak “ngeh” soal minat atau bakatnya pada
hal-hal tertentu. Memang, kerap orang mengatakan minat dan bakat adalah
teropong bagi jalan kehidupan di masa depan. Membayangkannya pun terasa
menyenangkan karena dengan keduanya kita bisa menjadi siapa pun yang diinginkan
asalkan mau kerja keras dan pantang menyerah.
Kenyataannya, pemahaman itu justru sebaliknya. Hal itu sering kali menimbulkan masalah ketika kita beranjak dewasa dan tiba saatnya memilih bidang pendidikan dan karier. Pemahaman itu sedikit banyak menciptakan ilusi akan beragam pilihan bidang pendidikan dan karier yang menjanjikan masa depan. Dan lagi, apakah semua itu pilihan yang benar-benar kita inginkan? Selain itu, pemahaman tersebut juga membentuk imajinasi tersendiri bahwa kita bisa menjadi sosok terbaik di bidang apa pun yang kita minati. Duh, apa betul begitu? Apakah bisa, prestasi seorang Chris John yang dielu-elukan berkat tinjunya di atas ring itu akan bersinar oleh puja-puji pula di lapangan basket? Nyatanya tidak.
Adalah sebuah fakta bahwa kita memang tidak bisa menjadi siapa pun yang kita mau. Kita lupa, selain minat, ada faktor lain yang sangat menentukan langkah kita ke depan. Ya, bakat dan latihan khusus untuk mempertajamnya. Temukan, Bukan Ciptakan Kenyataan, tidak semua orang bisa menjadi seorang Chris John, Bill Gates, atau David Beckham. Mereka bertiga punya bakat alami dan telah menjadikan bakat itu sebagai investasi yang dilatihnya sejak lama. Dan kita tidak bisa membuat dan mengubahnya “semau gue”. Sekarang, lihat ke sekeliling Anda! Mungkin, ada orang yang suka duduk berlama-lama di depan laptop? Bahkan saking lamanya Anda lupa, kapan orang itu makan dan minum? Atau, Anda pun mungkin bingung, kenapa rekan dekat Anda lebih memilih les guru bahasa Inggris ketimbang Anda yang lebih senang naik gunung atau bermain band di saat libur? Banyak, dan banyak lagi contoh yang kita pun tidak tahu keuntungan mereka melakukan semua itu. Anda pun sebetulnya bisa begitu. Meniru untuk kreatif berekspresi seperti mereka, berhasil lalu merasa puas. Namun kelak yang terjadi, Anda tidak akan pernah merasa nyaman melakukan hal-hal di luar kerangka bakat Anda tersebut. Ya, Anda tidak akan bisa menjadi mahasiswa arkeologi dan menjadi arkeolog mumpuni karena Anda sebenarnya sama sekali tidak hobi “keluyuran”. Usaha Anda hancur terus dan kapok untuk terjun ke bidang bisnis sehingga Anda memilih kembali menjadi karyawan. Tidak salah, Anda memang tidak punya hobi itu. Anda tidak bakat! Mutlak, Anda harus paham apa yang disebut dengan bawaan atau nature (hormonal atau DNA) dan latihan atau nurture.
Sejatinya, yang harus Anda lakukan ialah membentuk diri Anda tak ubahnya dengan bawaan Anda sejak lahir. Anda jangan hanya menginginkan suatu bidang pendidikan yang bisa membuahkan karir tertentu dengan gaji selangit. Jika itu Anda lakukan, berarti Anda sudah “bunuh diri”. Pasalnya, kerangka neurologis Anda yang telah membentuk bakat tersebut akan menolak. Alhasil, Anda tidak dapat menikmatinya. Kecuali, Anda memang berniat keras untuk menambal “kekurangan” tersebut dengan nurture, dengan latihan-latihan khusus. Semakin cepat Anda sadar untuk melihat diri Anda dan menemukan potensi di dalamnya, semakin beruntung pula Anda. Pilihan minat dan bakat Anda dengan sendirinya akan lebih mudah Anda tentukan. Anda mulai bisa memilih peran Anda, bentuk pendidikan yang cocok untuk menambal peran tersebut, serta produktifitas yang akan Anda hasilkan kelak di dunia kerja.
Cara memulainya, simak beberapa hal di bawah ini:
Maksimalkan kekuatan Anda, tuntaskan pula kelemahan Anda! Jika Anda termasuk orang yang sulit berdiplomasi, dapatkah Anda terjun bebas ke dalam bidang ini karena Anda menyukainya? Kalau Anda tergolong paling lambat mengambil keputusan, dapatkah Anda melatihnya sekeras hati? Jika Anda bukan seorang konseptor, siapkah Anda menjadi seorang “ahli lapangan” agar kekurangan Anda tersebut lenyap ditelan bumi! Tidak cukup latihan keras, Anda butuh bakat alami! Memang, antara pengetahuan, keterampilan, serta materi bisa Anda dapatkan melalui belajar dan latihan. Namun, hal sesungguhnya yang penting adalah bakat sebagai bawaan Anda sejak lahir. Anda akan mampu melakukan segala hal berkat keterampilan, sementara kuantitas dan kualitas Anda melakukannya adalah berkat dorongan bakat alami Anda. Siapkan sistem pendukung hindari aktivitas tak terarah! Sistem pendukung itu bisa saja hanya berupa pesan singkat di ponsel atau sekadar kertas-kertas yang Anda tempel di meja belajar, bahkan pintu kamar! Sadar dan amati reaksi spontan Anda saat menyikapi hal atau kejadian.
Nah, bagaimana Anda akan mengambil peran atas kejadian itu? Anda cenderung memegang kendali, membuat analisa hal itu secara seksama, atau hanya berusaha mencari sisi-sisi lain ternyata tidak penting dari kejadian tersebut? Amati besarnya niat dan keinginan Anda melakukan aktivitas tertentu Dari situ, yakinkan bahwa sebuah aktivitas telah membuat Anda rindu untuk berulang melakukannya. Rasa rindu itu akan senantiasa timbul hingga Anda lekas-lekas melakoninya. Secepat apa Anda belajar dan menguasai sebuah bidang tertentu? Secepat kilat atau selambat becak? Sadari hal itu dan bandingkan upaya Anda dengan hasil yang didapatkan oleh rekan-rekan Anda. Sepuas apa perasaan Anda seusai melakukannya? Entah, karena yang pasti, saat melakukannya Anda nyaman, senang, dan membuat Anda sejenak tenggelam di dalam keasyikan melakukannya.
Monitor perilaku dan perasaan Anda ketika menjalaninya Dari sini Anda akan mengevaluasi apa yang sudah Anda lakukan. Amati dan berikan analisis pada diri Anda. Benarkah ini pilihan Anda? Anda tidak bisa menikmati? Anda lambat dan merasa tidak berkembang? Tinggalkan sekarang juga! Cari peran lain, jangan habiskan uang dan waktu Anda hanya untuk mengatasi kelemahan Anda, melainkan juga pertajam bakat dan kekuatan alami dalam diri Anda. Ingat, banyak orang muda yang sukses. Yakinlah bahwa mereka memang pribadi-pribadi yang menemukan bakatnya sejak dini dan mau belatih sebagai investasi di masa depannya.
Kenyataannya, pemahaman itu justru sebaliknya. Hal itu sering kali menimbulkan masalah ketika kita beranjak dewasa dan tiba saatnya memilih bidang pendidikan dan karier. Pemahaman itu sedikit banyak menciptakan ilusi akan beragam pilihan bidang pendidikan dan karier yang menjanjikan masa depan. Dan lagi, apakah semua itu pilihan yang benar-benar kita inginkan? Selain itu, pemahaman tersebut juga membentuk imajinasi tersendiri bahwa kita bisa menjadi sosok terbaik di bidang apa pun yang kita minati. Duh, apa betul begitu? Apakah bisa, prestasi seorang Chris John yang dielu-elukan berkat tinjunya di atas ring itu akan bersinar oleh puja-puji pula di lapangan basket? Nyatanya tidak.
Adalah sebuah fakta bahwa kita memang tidak bisa menjadi siapa pun yang kita mau. Kita lupa, selain minat, ada faktor lain yang sangat menentukan langkah kita ke depan. Ya, bakat dan latihan khusus untuk mempertajamnya. Temukan, Bukan Ciptakan Kenyataan, tidak semua orang bisa menjadi seorang Chris John, Bill Gates, atau David Beckham. Mereka bertiga punya bakat alami dan telah menjadikan bakat itu sebagai investasi yang dilatihnya sejak lama. Dan kita tidak bisa membuat dan mengubahnya “semau gue”. Sekarang, lihat ke sekeliling Anda! Mungkin, ada orang yang suka duduk berlama-lama di depan laptop? Bahkan saking lamanya Anda lupa, kapan orang itu makan dan minum? Atau, Anda pun mungkin bingung, kenapa rekan dekat Anda lebih memilih les guru bahasa Inggris ketimbang Anda yang lebih senang naik gunung atau bermain band di saat libur? Banyak, dan banyak lagi contoh yang kita pun tidak tahu keuntungan mereka melakukan semua itu. Anda pun sebetulnya bisa begitu. Meniru untuk kreatif berekspresi seperti mereka, berhasil lalu merasa puas. Namun kelak yang terjadi, Anda tidak akan pernah merasa nyaman melakukan hal-hal di luar kerangka bakat Anda tersebut. Ya, Anda tidak akan bisa menjadi mahasiswa arkeologi dan menjadi arkeolog mumpuni karena Anda sebenarnya sama sekali tidak hobi “keluyuran”. Usaha Anda hancur terus dan kapok untuk terjun ke bidang bisnis sehingga Anda memilih kembali menjadi karyawan. Tidak salah, Anda memang tidak punya hobi itu. Anda tidak bakat! Mutlak, Anda harus paham apa yang disebut dengan bawaan atau nature (hormonal atau DNA) dan latihan atau nurture.
Sejatinya, yang harus Anda lakukan ialah membentuk diri Anda tak ubahnya dengan bawaan Anda sejak lahir. Anda jangan hanya menginginkan suatu bidang pendidikan yang bisa membuahkan karir tertentu dengan gaji selangit. Jika itu Anda lakukan, berarti Anda sudah “bunuh diri”. Pasalnya, kerangka neurologis Anda yang telah membentuk bakat tersebut akan menolak. Alhasil, Anda tidak dapat menikmatinya. Kecuali, Anda memang berniat keras untuk menambal “kekurangan” tersebut dengan nurture, dengan latihan-latihan khusus. Semakin cepat Anda sadar untuk melihat diri Anda dan menemukan potensi di dalamnya, semakin beruntung pula Anda. Pilihan minat dan bakat Anda dengan sendirinya akan lebih mudah Anda tentukan. Anda mulai bisa memilih peran Anda, bentuk pendidikan yang cocok untuk menambal peran tersebut, serta produktifitas yang akan Anda hasilkan kelak di dunia kerja.
Cara memulainya, simak beberapa hal di bawah ini:
Maksimalkan kekuatan Anda, tuntaskan pula kelemahan Anda! Jika Anda termasuk orang yang sulit berdiplomasi, dapatkah Anda terjun bebas ke dalam bidang ini karena Anda menyukainya? Kalau Anda tergolong paling lambat mengambil keputusan, dapatkah Anda melatihnya sekeras hati? Jika Anda bukan seorang konseptor, siapkah Anda menjadi seorang “ahli lapangan” agar kekurangan Anda tersebut lenyap ditelan bumi! Tidak cukup latihan keras, Anda butuh bakat alami! Memang, antara pengetahuan, keterampilan, serta materi bisa Anda dapatkan melalui belajar dan latihan. Namun, hal sesungguhnya yang penting adalah bakat sebagai bawaan Anda sejak lahir. Anda akan mampu melakukan segala hal berkat keterampilan, sementara kuantitas dan kualitas Anda melakukannya adalah berkat dorongan bakat alami Anda. Siapkan sistem pendukung hindari aktivitas tak terarah! Sistem pendukung itu bisa saja hanya berupa pesan singkat di ponsel atau sekadar kertas-kertas yang Anda tempel di meja belajar, bahkan pintu kamar! Sadar dan amati reaksi spontan Anda saat menyikapi hal atau kejadian.
Nah, bagaimana Anda akan mengambil peran atas kejadian itu? Anda cenderung memegang kendali, membuat analisa hal itu secara seksama, atau hanya berusaha mencari sisi-sisi lain ternyata tidak penting dari kejadian tersebut? Amati besarnya niat dan keinginan Anda melakukan aktivitas tertentu Dari situ, yakinkan bahwa sebuah aktivitas telah membuat Anda rindu untuk berulang melakukannya. Rasa rindu itu akan senantiasa timbul hingga Anda lekas-lekas melakoninya. Secepat apa Anda belajar dan menguasai sebuah bidang tertentu? Secepat kilat atau selambat becak? Sadari hal itu dan bandingkan upaya Anda dengan hasil yang didapatkan oleh rekan-rekan Anda. Sepuas apa perasaan Anda seusai melakukannya? Entah, karena yang pasti, saat melakukannya Anda nyaman, senang, dan membuat Anda sejenak tenggelam di dalam keasyikan melakukannya.
Monitor perilaku dan perasaan Anda ketika menjalaninya Dari sini Anda akan mengevaluasi apa yang sudah Anda lakukan. Amati dan berikan analisis pada diri Anda. Benarkah ini pilihan Anda? Anda tidak bisa menikmati? Anda lambat dan merasa tidak berkembang? Tinggalkan sekarang juga! Cari peran lain, jangan habiskan uang dan waktu Anda hanya untuk mengatasi kelemahan Anda, melainkan juga pertajam bakat dan kekuatan alami dalam diri Anda. Ingat, banyak orang muda yang sukses. Yakinlah bahwa mereka memang pribadi-pribadi yang menemukan bakatnya sejak dini dan mau belatih sebagai investasi di masa depannya.
bagaimana adakaitanya kah dengan desain, marasa nyamankah shobat di desain grafis, so untuk memulai sesuatu khusus dibidang desain memang tidak semudah bidang yang lain, perlu sabar dan kreatifitas heheheh...